Friday 28 August 2015

KONSEPSI SPASIAL DALAM PERSPEKTIF SEJARAH

Konsepsi spasial menurut pandangan sejarah berangkat dari asumsi bahwa masing-masing wilayah memiliki jiwa dan perjalanannya sendiri-sendiri. Tidak semua teori dapat berlaku di semua daerah. Bahkan terkadang ada wilayah-wilayah yang mementahkan teori-teori atau generalisasi yang dibuat oleh ilmuwan atau para ahli.

            Keunikan suatu wilayah tersebut tidak terbatas pada tanah atau habitat tempat tinggal saja melainkan mencakup keseluruhan ekosistem dalam wilayah tersebut. Mulai dari makhluk penghuninya baik unsur biotik dan abiotiknya, hasil-hasil budaya masyarakatnya, tata cara hidup masyarakatnya dan keseluruhan kegiatan sekecil apapun di wilayah tersebut.

            Dalam satu wilayah biasanya memiliki letak geografis masing-masing  dengan iklim, cuaca serta sifat-sifat alamiah wilayah masing-masing. Dan tentu saja hal itu akan sangat mempengaruhi tata cara hidup masyarakatnya, hasil-hasil budaya masyarakatnya dan pastinya sejarah kehidupan masyarakatnya juga berbeda. Seperti misalnya wilayah Indonesia dengan iklimnya yang tropis akan menghasilkan kehidupan masyarakat yang berbeda dengan wilayah Jerman yang iklimnya subtropis.
            Berdasarkan Tema (dimensi atau aspek kehidupan) dapat berbentuk (1) Sejarah Politik, (2) Sejarah Ekonomi, (3) Sejarah Sosial, (4) Sejarah Budaya, (5) Sejarah Seni, (6) Sejarah Ilmu Pengetahuan, (7) Sejarah Teknologi, (8) Sejarah Pertanian, (9) Sejarah Pelayaran dan Perdagangan, (10) Sejarah Perindustrian, (11) Sejarah Hukum, (12) Sejarah Konstitusi, (13) Sejarah Diplomasi, (14)  Sejarah Agama, (15) Sejarah Militer, (16) Sejarah Maritim, (17) Sejarah Ruang Angkasa, (18) Sejarah Perang, (19) Sejarah Perdamaian, dan lain sebagainya.

Akhir-akhir ini  nampak adanya suatu arah baru (new direction)  dalam bidang  penelitian sejarah, terutama di negara-negara maju (Jules R. Benjamin, 1982:9-10). Sejarawan-sejarawan mulai menjajaki aspek-saspek lain dari masa lampau. Sejarawan-sejarawan psycho (psychohistorians)  mulai mengkaji perkembangan emosional dari individu-individu, keluarga, bahkan kelompok-kelompok. Mereka mencoba menjelaskan tindakan-tindakan, pendapat, serta reaksi emosional sebagian masyarakat terhadap perkembangan-perkembangan sosial akhir-akhir ini seperti perang, depresi, konflik antar kelompok dan etnik.

Arah baru lainnya adalah sejarah sains dan teknologi (history of science and technology). Fokusnya di sini adalah pada evolusi ilmu pengetahuan, ialah bagaimana tumbuhnya  suatu pengetahuan dan bagaimana pula pengaruh dan aplikasinya  dalam  masyarakat.  Sejarah  demografi (historical demography) mengkaji jumlah dan distribusi penduduk dan dampaknya terhadap perubahan-perubahan sosial, juga merupakan salah satu sisi dari arah baru studi sejarah. Sejarah etnik (ethnohistory) adalah cabang  sejarah budaya yang  mengkaji budaya-budaya individual atau  kontak antar budaya yang berbeda, agar dapat melacak sebab-sebab perubahan budaya. Sedang sejarawan-sejarawan lingkungan (environmental historians) menguji interaksi antara komunitas manusia dengan habitat mereka.

Bidang baru penelitian sejarah lainnya ialah studi kehidupan pribadi (private life), suatu subjek kajian yang memiliki signifikansi histories yang tidak kalah menariknya. Bidang ini termasuk sejarah keluarga, sejarah olahraga,  sejarah film, sejarah anak-anak, dan yang cukup berkembang dan berpengaruh adalah studi sejarah wanita.

Reorientasi bidang-bidang  tradisional dalam penelitian sejarah juga merupakan suatu arah baru. Jadi, sekarang terdapat bidang-bidang sejarah sosial ’’baru’’, sejarah politik ’’baru’’, dan juga  sejarah ekonomi ’’baru’’.  Beberapa ahli di bidang-bidang ini ingin melihat perkembangan lebih jauh berdasarkan hasil-hasil studi yang telah ada untuk mendapatkan bukti-bukti perkembangan baru perilaku-perilaku kelompok tentang pola pemberian suara (voting), keanggotaan kelompok, affiliasi keagamaan, standar hidup, dan lain sebagainya. Bukti-bukti tersebut digunakan untuk memantapkan pemahaman mengenai aspek-aspek dasar kehidupan di masa lampau dan untuk menguji  akurasi asumsi-asumsi yang dibuat oleh para ahli dengan bukti-bukti yang lebih impresionistik, yakni buku harian, pidato-pidato publik, novel, sejarah kontemporer, peristiwa-peristiwa politik, dan sebagainya.

Dua arah ’’baru’’ penelitian sejarah, yang sebenarnya  sudah sangat tua adalah genealogi dan sejarah lokal. Bidang-bidang ini kembali menjadi penting terutama untuk memperkokoh dan menemukan kembali  asal-usul pribadi dan keluarga  dan kekerabatan  mereka di masa lampau. Genealogi adalah cabang studi sejarah keluarga (family history). Sejarah lokal (local history) membangkitkan kembali entusiasme dan afeksi para  penghuninya, juga para ahli, untuk meneliti mengenai evolusi kota, komunitas, dan lingkungan sekitarnya.


Arah-arah baru bidang penelitian ini diharapkan memperkaya dan memberi perspektif baru dalam pengembangan penelitian sejarah yang sudah ada. 
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment