Friday 28 August 2015

KONSEP

Ø URAIAN MATERI DAN CONTOH

Bidang-bidang bahasan logika terdiri dari tiga persoalan pokok yaitu : (i) Konsep, (ii) Keputusan dan (iii) Pemikiran. Konsep, keputusan dan pemikiran, sebagai persoalan-persoalan pokok yang menjadi bidang bahasan logika, merupakan tiga hal yang saling berhubungan. Konsep merupakan dasar penyusunan keputusan, sedangkan keputusan itu sendiri menjadi dasar penyusunan pemikiran.

Pembahasan dalam Kegiatan Belajar 2 berikut  ini akan memfokuskan diri pada persoalan pokok yang pertama (konsep), sedangkan persoalan pokok kedua (keputusan) dan ketiga (pemikiran) akan dibahas secara berurutan pada Kegiatan Belajar 3 dan 4.

A. Etimologi dan Hakekat Konsep 

Kata atau istilah konsep dalam bahasa Indonesia diadaptasi menjadi kata “pengertian”. Kata atau istilah lain yang artinya juga sama dengan kata konsep adalah kata “idea” (ide). Sehingga, dengan demikian, meskipun antara kata konsep, pengertian dan idea, berbeda dalam bentuk katanya tetapi artinya yang dimaksud adalah sama.

Kata idea, secara etimologis, berasal dari kata “eidos” dalam bahasa Yunani, artinya: pernampakan, bentuk, gambar atau rupa yang dilihat. Sedangkan kata konsep berasal dari kata “concipere” atau “conceptus” dalam bahasa Latin, artinya: “tangkapan”.

Atas dasar tinjauan etimologis tersebut diatas, maka konsep dapat kita artikan sebagai buah atau hasil tangkapan dari akal pikiran manusia terhadap sesuatu benda atau obyek. Atau, merujuk pendapat Hasbullah Bakry (1981), pengertian (konsep) ialah gambaran dari benda atau obyek yang dapat dilihat atau ditangkap oleh akal pikiran manusia dari hasil pengamatan panca indera. Sementara itu, menurut Banks dan Clegg, konsep adalah pernyataan abstrak yang mengkategorikan sekelompok benda atau kejadian (fenomena).

Proses lahirnya konsep, menurut Hasbullah Bakry (1981) adalah sebagai berikut: (i) panca indera kita melihat sesuatu, meraba atau mendengar sesuatu (misalkan melihat kerbau); (ii) hasil dari pengamatan panca indera kita terhadap sesuatu itu lalu dikirim kepada akal-pikiran kita, dan (iii) oleh akal-pikiran kita akhirnya ditimbulkan suatu kesan (sebagai hasil tangkapan) berupa konsepsi atau pengertian (kerbau ialah hewan yang berbadan besar, memamah biak, dapat membajak, suatu hewan yang dapat membantu kehidupan manusia).

Berikut ini ditunjukkan dua contoh dari konsep  :
1.    Migrasi (migration) : pengertian untuk menggambarkan pergerakan atau perpindahan penduduk.
2.    Pulau (island) : pengertian untuk menggambarkan fenomena berupa daratan yang dikelilingi oleh perairan.

B. Klasifikasi Konsep
           
Konsep itu banyak macamnya. Maka untuk dapat membedakan dengan baik dan tepat antara arti suatu konsep dengan arti konsep yang lain, dan sekaligus untuk lebih menyederhanakan konsep yang banyak macamnya itu, kita perlu mengetahui, mengenali dan memahami klasifikasi konsep.

            Klasifikasi konsep adalah pembedaan konsep ke dalam kelompok-kelompok, yang lazimnya dilakukan atas dasar isi (comprehensi) dan lingkungan (extensi).

1.  Klasifikasi Konsep atas dasar Isi (comprehensi)
Diklasifikasi atas dasar isinya, konsep dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu :

a.    Konsep Kolektif dan Distributif
Konsep kolektif adalah konsep yang isinya mencakup benda atau obyek secara kolektif, kelompok atau gerombolan.
Contoh konsep kolektif: Batalyon, Lusin, dan lain-lain.
Konsep distributif adalah konsep yang isinya menunjuk benda atau obyek secara terpisah-pisah, satu persatu atau bukan secara kolektif.
Contoh konsep distributif: Orang, Kuda, Prajurit, dan lain-lain.

b.    Konsep Konkrit dan Abstrak
Konsep konkrit adalah konsep yang menunjukan kenyataan dari obyek secara konkrit.
Contoh : Kuda Putih. Konsep “kuda putih” disini menunjuk kenyataan kuda yang berwarna putih.
Konsep abstrak adalah konsep yang menunjukan kenyataan dari objek secara abstrak.
Contoh dari konsep abstrak antara lain : Kebaikan, Keburukan, Keadilan, Ketidakadilan, Kejujuran, dan lain-lain.

c.    Konsep Konotatif dan Non-Konotatif
Konsep konotatif (connotative) adalah konsep yang menyatakan sesuatu secara tidak langsung, tidak terus terang atau menyindir. Sedangkan konsep non-konotatif (non-connotative) adalah kebalikan dari konsep konotatif, yaitu konsep yang menyatakan sesuatu secara langsung atau secara terus terang.
Coba perhatikan dua kalimat/pernyataan berikut ini :
-       Agaknya anda belum mengerti uraian saya.
-       Agaknya uraian saya masih kabur bagi anda.
Konsep “belum mengerti” dalam kalimat/pernyataan pertama sebenarnya sama arti atau maksudnya dengan konsep “masih kabur” dalam kalimat/ pernyataan kedua. Hanya saja, konsep “masih kabur” tersebut memang lebih halus, lebih sopan dan lebih enak kedengarannya dibandingkan konsep “belum mengerti”. Konsep “masih kabur” adalah contoh konsep konotatif, sedangkan konsep “belum mengerti” merupakan contoh dari konsep non-konotatif.

2.  Klasifikasi Konsep atas dasar Lingkungan (extensi)
Yang dimaksud “lingkungan konsep” disini adalah jangkauan wilayah kenyataan yang ditunjuk oleh suatu konsep. Kita ambil contoh sebuah konsep, misalnya : “manusia”; yang dimaksud lingkungan konsep “manusia” adalah semua orang atau manusia: anda, saya, ya Bung Karno, ya Bung Hatta, dan lain-lain. Konsep “hewan”, sebagai satu misal yang lain, lingkungan konsepnya adalah meliputi/mencakup seluruh jenis hewan: ya ayam, ya kuda, kambing, dan lain-lain.

Diklasifikan atas dasar lingkungannya, konsep dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :

  1. Konsep Singular
Konsep singular ialah konsep yang mencakup/menujuk ke satu objek tertentu. Misalnya: Ayam anda, Pacar saya, Buku saya, dan lain-lain.

  1. Konsep Partikular
Konsep partikular ialah konsep yang mencakup/menujuk ke segerombolan, sejumlah atau sekelompok, yang merupakan bagian dari keseluruhan objek.
Misalnya : sebagian besar buku saya, sebagian kecil hartanya, dan lain-lain.

  1. Konsep Universal
Konsep universal adalah konsep yang mencakup keseluruhan objek, tanpa ada satupun yang dikecualikan.
Misalnya, kalimat “Manusia adalah Makhluk Allah”. “Manusia” dalam kalimat tersebut adalah konsep universal, karena lingkungan pengertiannya mencakup seluruh manusia.­

C. Definisi

Dalam kenyataan, banyak Konsep yang masih samar artinya atau mengandung banyak arti. Oleh sebab itu, perlulah diadakan pembatasan-pembatasan arti dari suatu konsep. Pembatasan-pembatasan arti dari konsep inilah yang dimaksud dengan definisi.
Kata atau istilah definisi berasal dari kata “definire” dalam bahasa Latin, yang berarti: menandai batas-batas pada sesuatu, menentukan batas, memberi ketentuan atau batasan arti. Atas dasar itu, Hasbullah Bakry (1981) memberi arti definisisebagai batasan arti secara lengkap dari suatu pengertian (konsep) yang mencakup seluruh unsur yang menjadi ciri utama (atribut) dari pengertian (konsep) itu.
Dalam logika dikenal adanya lima macam definisi, sebagaimana akan dijelaskan pada bagian uraian di bawah ini.

1.    Definisi Demonstratif (Obstentive Definition)
Definisi ini menerangkan sesuatu secara demontratif, artinya menerangkan sesuatu dengan cara menunjuk ke arah sesuatu yang dimaksud atau yang diterangkan.
Misalnya:  kursi ialah ini, itu, dan seterusnya, sambil menunjuk ke arah sebuah kursi.

2.    Definisi Persamaan (Biverbal Definition)
Definisi ini menerangkan sesuatu obyek dengan jalan memberikan/ menunjukan sinonim atau persamaan dari obyek yang dimaksud atau yang diterangkannya itu.
Contoh: sapi ialah lembu;  perempuan ialah wanita, dan lain-lain.

3.    Definisi secara Luas (Extension Definition)
Definisi ini menerangkan sesuatu obyek secara lengkap/luas, dalam artian dengan menyertakan contoh-­contohnya sekaligus.
MisaInya: ikan ialah hewan yang hidup dalam air, seperti Tongkol, Mujahir, Bandeng, Kakap, dan lain sebagainya.

4.    Definisi Lukisan (Descriptive Definition)
Definisi ini menerangkan sesuatu obyek dengan cara mendeskripsikan/ melukiskan sifat-sifat pokok atau ciri­-ciri khas (characteristic) dari obyek yang dimaksud atau yang diterangkannya itu.
Misalnya: gajah ialah binatang yang tubuhnya besar seperti gerbong, kakinya besar seperti pohon nyiur, hidungnya panjang seperti pohon pisang, telinganya lebar seperti nyiru, dan suaranya nyaring seperti peluit kereta api.

5.    Definisi Uraian (Analytic Definition)
Definisi ini menerangkan sesuatu obyek dengan cara menguraikan secara rinci bagian-bagian dari obyek dimaksud/yang diterangkannya itu satu per satu.
Misalnya: negara ialah suatu teritorial yang mempunyai pemerintahan, rakyat, dan batas-batas wilayah.

Suatu definisi dapat dikatakan “definisi yang baik” apabila memenuhi syarat-syarat atau kriteria-kriteria tertentu. Syarat-syarat atau kriteria dari definisi yang baik itu, menurut Hasbullah Bakry (1981) adalah sebagai berikut :
1.    Sifat-sifat obyek yang akan diterangkan itu tidak boleh berlebihan, juga tidak boleh kekurangan
Contoh definisi yang berlebihan :
Kursi ialah tempat duduk yang berkaki, bersandaran dan terbuat dari bahan kayu.
Contoh definisi yang kekurangan :
Kursi ialah tempat duduk.
2.    Keterangan definisi tidak menggunakan kata-kata yang artinya sama dengan obyek yang hendak diterangkan
Contoh: kebenaran ialah sesuatu yang betul.             
3.    Menghindari penggunaan kata-kata yang bersifat negatif (mengingkari)
Contoh : kuda ialah bukan kambing.
4.    Menghindari penggunaan kata-kata yang artinya terla­lu umum
Contoh: Singa adalah binatang buas.

D. Analogi

Kata atau istilah analogi, secara etimologis berasal dari kata atau istilah “ana logon” daiam bahasa Yunani, yang artinya: suatu bentuk hubungan yang tidak sempurna. Dalam hubungannya dengan konsep, menurut Hasbullah Bakry (1981), yang dimaksud analogi ialah suatu bentuk hubungan atau penyesuaian yang tidak sempurna (maksudnya: ada persamaannya dan ada pula perbedaannya) diantara beberapa hal yang ditandai dengan konsep.

Dalam logika, menurut W. Poespoprodjo (1985), dikenal adanya dua macam analogi, yaitu :

1.    Analogi Ekstrinsik atau Analogi Denominatif/Logis
Suatu analogi disebut analogi ekstrinsik manakala konsep yang menandai hal-hal yang berhubungan atau dianalogikan (analogata) tersebut secara formal hanya terdapat/melekat di salah satu analogata.
Contoh: Nana itu sehat. Makanan itu sehat.
Secara formal, sehat atau kesehatan, hanya terdapat pada organisme (manusia), tidak pada makanan. Jadi, dalam contoh di atas, konsep sehat secara formal hanya ada pada salah satu analogata yaitu Nana.

2.    Analogi Intrinsik atau Analogi Proporsional
Suatu analogi disebut analogi intrinsik manakala konsep yang menandai hal-hal yang berhubungan atau dianalogikan (analogata) tersebut secara formal terdapat/melekat di kedua analogata.

Contoh: Suhu panas 90°. Suhu panas 100°.
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment