A.
Obyek Filsafat
Semua
bentuk pengetahuan memiliki obyek (dari bahasa Yunani, “objectus”, artinya “sasaran”). Obyek pengetahuan ialah sesuatu yang
menjadi sasaran kajian atau penyeledikan suatu pengetahuan.
Obyek
pengetahuan itu ada 2 macam. Pertama,
obyek material (material object; obiectum materiale).
Kedua, obyek formal (formal object; obiectum formale).
Obyek
material pengetahuan ialah segala sesuatu yang menjadi bahan (materi) yang
dikaji, dipelajari dan dikupas oleh pengetahuan. Obyek formal pengetahuan
merupakan cara pendekatan terhadap obyek material, yang sedemikian khasnya
sehingga menjadi ciri dari suatu pengetahuan tertentu (Verhaak dan Haryono
Imam, 1989).
Apa
obyek (material dan formal) filsafat ?
Obyek
material filsafat adalah “segala yang
ingin diketahui manusia” (Kattsoff, 1986).
Secara
lebih jelas dan tegas Oemar Amin Hoesin (1961) dan Poedjawijatna (1987) mengemukakan,
bahwa obyek material filsafat adalah “sarwa
yang ada dan mungkin ada”. Yang
dimaksud “Sarwa yang ada” adalah segala
yang ada dalam kenyataan atau dalam pengalaman. Adapun yang dimaksud dengan
“Sarwa yang mungkin ada” ialah segala
yang ada dalam pikiran, meskipun tidak ada dalam kenyataan atau dalam
pengalaman.
Obyek
formal filsafat adalah usaha penyelidikan, pengkajian, terhadap obyek
materialnya secara radikal, dalam artian sedalam-dalamnya, sampai ke
akar-akarnya (secara etimologis, kata/istilah radikal berasal dari kata/istilah
“radix” dalam bahasa Latin, artinya
“akar”).
B.
Tujuan Filsafat
Filsafat memiliki 2 tujuan pokok,
yang satu sama lain saling berkaitan erat, yaitu :
1. tercapainya atau diperolehnya kebenaran (aletheia atau truth) yang
- Asali ( Plato )
- Asasi ( Aristoteles )
- Hakiki ( Al Farabi, Poedjawijatna,
dll.)
2. tercapainya atau diperolehnya
kesimpulan-kesimpulan yang universal.
Tentang 2 tujuan pokok filsafat
beserta interrelasi diantara keduanya itu, Fuad Hassan (1976) memberikan
penjelasan sebagai berikut :
“filsafat ialah suatu ikhtiar untuk berpikir
radikal; radikal dalam arti mulai dari radix-nya suatu gejala, dari akarnya
suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajagan yang radikal
itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal”.
C.
Fungsi dan Guna Filsafat
Ilmu
memberi deskripsi, eksplanasi dan kontrol. Sementara itu, seni, memberi kreativitas, keindahan dan
ekspresi.
Lalu,
apakah fungsi dan guna filsafat bagi manusia ? Apa yang dapat diberikan
filsafat kepada manusia ?
Filsafat,
kata Harold H. Titus (1959) memberi manusia “pengertian dan kebijaksanaan” (understanding and wisdom).
Kalau
ilmu memberi kepada manusia pengetahuan, maka filsafat, kata Oemar A. Hoesin
(1961), memberi kepada manusia: “hikmah”. Dalam konteks ini, filsafat memberi
kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang benar, akan kebenaran.
Plato
merasakan berfilsafat sebagai nikmat yang luar biasa; demikian luar biasanya
sehingga ia menamakannya (filsafat) sebagai “keinginan yang maha berharga”.