Friday 28 August 2015

KHARAKTERISTIK FILSAFAT

Ø URAIAN MATERI DAN CONTOH

            Sebagaimana telah dikemukakan dalam modul 1, filsafat hanyalah satu di antara sejumlah bentuk pengetahuan. Di luar filsafat, ada pengetahuan biasa, pengetahuan ilmiah (ilmu atau ilmu pengetahuan), serta pengetahuan teologis.

            Sebagai suatu bentuk pengetahuan, filsafat memiliki sejumlah kharakteristik, ciri khas, yang dengan itu membedakan filsafat dari bentuk-bentuk pengetahuan yang lain. Kharakteristik filsafat dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Kritis
Suatu kegiatan berpikir secara kefilsafatan senantiasa bersifat kritis yaitu senantiasa mempertanyakan segala sesuatu.  Dalam masalah ini, pertanyaan yang sangat fundamental dari filsafat adalah “apa”, yang konsekuensinya kemudian harus dicari penyelesaiannya (jawabannya) sampai pada intinya yang terdalam.

Kegiatan para filsuf sepanjang sejarah senantiasa diawali dengan sikap kritisnya. Misalnya, filsuf-filsuf pertama Yunani sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan, mempertanyakan tentang “apa asas yang pertama itu?” Thales berpendapat: air. Anaximandors berpendapat bahwa asas itu ialah “yang tak terbatas” (apeiron). Anaximenes menjawab: “udara” (Bertens, 1989).

2. Bebas
            Sifat lain dari berpikir secara kefilsafatan adalah berpikir secara bebas untuk sampai pada hakekat yang terdalam dan universal. Oleh karena itu ciri kreativitas senantiasa ada dalam cara berpikir kefilsafatan. Sokrates misalnya, memilih minum racun daripada kebebasan berpikirnya ditiadakan.

3. Comprehensive
            Pemikiran kefilsafatan harus bersifat komprehensif, artinya harus menyeluruh, tidak ada sesuatupun yang di luar jangkauannya (Kattsoff, 1986). Misalnya, pemikiran kefilsafatan tentang manusia, bukanlah sekedar konsepsi tentang manusia tertentu atau bangsa tertentu, melainkan manusia secara umum atau keseluruhan manusia.

            Sifat komprehensif (menyeluruh) dari pemikiran kefilsafatan ini juga berkaitan dengan segi-segi tinjauan dan pembahasannya. Misalnya, obyek pembahasan tentang manusia, jika hanya ditinjau dari aspek fisiknya saja atau aspek kejiwaannya saja, tinjauan semacam itu tidak dapat dikategorikan sebagai tinjauan yang bersifat komprehensif.

            Pemikiran kefilsafatan yang bersifat komprehensif pada dasarnya merupakan hasil generalisasi dan abstraksi dari hal-hal yang sifatnya khusus, individual dan konkrit. Oleh karena itu, pemikiran kefilsafatan melampaui pengalaman hidup manusia sehari-hari yang sifatnya empiris, kuantitatif dan terbatas.

4. Radical
            Suatu ciri sangat menonjol dalam berpikir secara kefilsafatan adalah bersifat mendalam, yaitu tidak hanya sampai pada fakta-fakta yang sifatnya yang sangat khusus dan empiris belaka, namun sampai kepada intinya yang terdalam, yakni substansinya yang bersifat universal. Sifat yang demikian ini disebut juga berpikir secara radikal, yang berarti ke “radix”-nya, sampai akarnya, esensi atau hakekatnya, sesuatu gejala yang hendak dipermasalahkan.
            Dengan jalan penjajagan yang bersifat radikal demikian, berpikir secara kefilsafatan bermaksud untuk sampai pada kesimpulan-kesimpulan yang terdalam dan bersifat universal (Fuad Hasan, 1976). Hal inilah yang membedakan filsafat sebagai suatu bentuk pengetahuan dibandingkan dengan dengan bentuk-bentuk pengetahuan yang lain.


5. Speculative
            Berpikir secara kefilsafatan pada dasarnya merupakan kegiatan akal-budi dan mental manusia yang bermaksud untuk mengajukan perekaan yaitu pengajuan dugaan-dugaan yang masuk akal (rasional) serta melampaui batas-batas fakta. Tujuan dari perekaan semacam itu adalah menyatupadukan semua pengetahuan, pemikiran dan pengalaman manusia menjadi suatu pandangan yang komprehensif melalui kemampuan imaginasi, sintesis dan refleksi.

Dengan berpikir secara kefilsafatan demikian itulah diharapkan akan diperoleh kesimpulan umum-kesimpulan umum mengenai sifat dasar alam semesta, serta kedudukan dan prospek manusia di dalamnya.
           
6. Universal
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa pemikiran kefilsafatan adalah suatu pemikiran yang berusaha menyusun suatu bagan yang bersifat konsepsional, rasional dan komprehensif. Karena cirinya yang demikian ini, maka pada hakekatnya setiap pemikiran kefilsafatan senantiasa bersifat universal. Sifat universal berarti sampai pada suatu kesimpulan yang bersifat umum bagi seluruh umat manusia dimanapun, kapanpun dan dalam keadaan apapun.

Pemikiran kefilsafatan berusaha menemukan kenyataan kebenaran dengan berusaha untuk sampai pada suatu kesimpulan-kesimpulan yang bersifat universal. Memang harus diakui bahwa untuk sampai pada kesimpulan yang bersifat universal, para filosof memiliki metodenya sendiri-sendiri. Namun demikian, kesemuanya memiliki kesamaan tentang apa yang ingin dicapainya yakni kenyataan yang bersifat universal yang disimpulkan dari hal-hal atau fakta-fakta yang bersifat khusus (Fuad Hasan, 1976). Dalam pengertian seperti inilah maka filsafat sering disebut sebagai pandangan dunia (weltanschauung), karena memberikan kejelasan yang bersifat universal yaitu tentang dunia dan semua hal yang ada di dalamnya. Misalnya, Democritus (460 – 270 SM), memberikan pandangannya yang bersifat universal tentang atom, yang kemudian dikenal dengan “atomisme” (lihat: Kattsoff, 1986).

7. Dis-interestedness

8. Organized Scepticism.
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment