Ø URAIAN MATERI DAN CONTOH
Bumi
tempat manusia hidup berisi dua macam makhluk. Pertama, makhluk yang sifatnya
“anorganis”. Kedua, makhluk yang sifatnya “organis”. Untuk memudahkan
membedakannya, yang pertama lazim disebut sebagai “benda mati”, dan yang kedua
disebut sebagai “makhluk hidup”
(Darmodjo dan Kaligis, 2006).
Berbeda
dengan makhluk hidup yang tunduk pada hukum kehidupan (biologis), benda mati
yang menjadi pengisi bumi tunduk pada hukum alam (deterministik). Benda-benda
mati tersebut tidak dapat berberak sendiri, melainkan bergerak karena
digerakkan oleh sebab-sebab di luar dirinya. Contohnya gas, yang dapat bergerak
ke atas bila temperatur naik, karena gas akan menjadi lebih ringan dan akan
melambung ke atas. Benda cair dapat bergerak jika ada jalan untuk menuju ke
tempat yang lebih rendah, sedangkan benda padat baru dapat bergerak jika
digerakkan oleh kekuatan luar, dan karena beratnya, akan bergerak ke tempat
yang lebih rendah, bergeser ke kanan atau ke kiri, dari tempat asalnya.
Makhluk
hidup yang menjadi pengisi bumi ini ada banyak ragamnya. Manusia adalah salah
satunya. Menurut teori para ahli biologi yang bermunculan pada pertengahan abad
ke-19, di antaranya adalah teori dari C. Darwin, bentuk-bentuk hidup tertua di
muka bumi ini terdiri dari makhluk-makhluk satu sel yang sangat sederhana,
seperti misalnya protozoa. Dalam jangka waktu beratus-ratus tahun lamanya,
kemudian, timbul dan berkembang bentuk-bentuk hidup berupa makhluk-makhluk
dengan organisma yang makin lama makin kompleks; dan, pada masa-masa yang lebih
belakangan, telah berkembang pula (berevolusi) makhluk-makhluk hidup seperti
kera dan manusia.
Dalam
proses evolusi biologi yang telah berlangsung sangat lama itu, banyak makhluk
hidup yang bentuknya sederhana telah hilang dan kandas dari muka bumi, meskipun
banyak juga diantaranya yang masih dapat bertahan dan hidup hingga sekarang.
Dari bentuk-bentuk makhluk hidup lama yang telah hilang dan kandas tersebut,
kemudian, berkembanglah cabang-cabang baru, berwujud bentuk-bentuk makhluk
hidup hidup baru. Itulah sebabnya jumlah makhluk hidup yang mengisi bumi
sekarang ini menjadi demikian luar biasa besarnya. Hampir mendekati angka satu
juta (Koentjaraningrat, 1979).
Guna
memudahkan mengenali serta mendapatkan suatu pengertian yang memadai tentang
aneka ragam makhluk hidup pengisi bumi yang jumlahnya sedemikian besar itu,
para ahli ahli biologi telah membuat suatu sistem klasifikasi makhluk hidup.
Yakni, suatu sistem pengelompokkan makhluk-makhluk hidup yang didasarkan atas
morfologinya.
Dalam
sistem klasifikasi makhluk hidup, manusia masuk dalam kategori “hewan” (animal). Selanjutnya, sebagai “animal”, manusia masuk pada fylum Vertebrata (hewan yang
bertulang-rangka) dan kelas Mammalia (hewan menyusui). Kelas Mammalia terdiri
dari beberapa golongan dan masing-masing golongan itu terbagi-bagi lagi atas
beberapa sub-golongan atau suku. Oleh para ahli biologi, manusia ditempatkan ke
dalam sebuah golongan dalam kelas Mammalia yaitu golongan Primat atau Primata (primates); lebih khusus lagi, ke dalam
sub-golongan (suku) Athropoid.
Manusia
memiliki keseluruhaan ciri, baik Vertebrata, Mammalia, maupun Primata.
Ciri-ciri dimaksud antara lain adalah: [i] bertulang-rangka, [ii] berdarah
panas dan berbulu, serta [iii] pentadaktilis
(Mulia dan Hidding, tth.; Haviland, 1992).