Friday, 28 August 2015

MANUSIA DAN ASAL-USUL PENGETAHUAN

Ø URAIAN MATERI DAN CONTOH

Dalam sistem klasifikasi makhluk hidup, primata dikenal umum sebagai suatu golongan yang paling unggul (cerdas) dibandingkan makhluk-makhluk hidup lainnya. Di antara primata itu, manusia adalah yang paling sempurna.

1.    Manusia dapat berbicara (homo longuens), sehingga apa yang menjadi pemikiran dalam otaknya dapat dikomunikasikan melalui bahasa lisan maupun tulisan kepada komunitas maupun generasi berikutnya.
2.    Manusia dapat membuat alat-alat (homo faber) yang dapat mengatasi keterbatasan-keterbatasan fisiknya.
3.    Manusia memiliki struktur badan dan tangan yang memungkinkannya untuk berjalan tegak (erectus).
4.    Manusia dapat hidup bermasyarakat (homo socius) dengan tata-tertib dan aturan yang diciptakan untuk kepentingan bersama.
5.    Manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya melalui usaha atas dasar perhitungan ekonomi (homo economicus), mengadakan tukar-menukar barang (barter) maupun jual-beli.
6.    Manusia juga mengenal keindahan di sekelilingnya (homo aestheticus)
7.    Manusia memiliki kemampuan membayangkan peristiwa-peristiwa yang mungkin dapat terjadi terhadap dirinya, baik yang bahagia dan menyenangkan maupun yang sengsara dan menakutkan. Rasa takut terbesar manusia adalah rasa takut terhadap peristiwa yang ia sadari pasti akan terjadi pada dirinya yaitu datangnya “maut” (kematian). Kesadaran akan datangnya maut, dan itu juga berarti kesadaran akan adanya kuatan gaib yang memiliki kemampuan lebih hebat daripada manusia yang dapat mengatur jagad raya, inilah yang merupakan salah satu sebab timbulnya suatu unsur penting dalam kehidupan manusia yaitu “religi”. Manusia adalah homo religieus.
8.    Manusia memiliki “rasa ingin tahu” (curiosity)  lingkungan dan alam di sekelilingnya, bahkan ingin tahu pula tentang dirinya sendiri. Beberapa makhluk hidup, khususnya makhluk hidup dari golongan primata (monyet, kera-kera besar), dipercayai juga memiliki rasa ingin tahu, yang oleh Issac Asimov (1920) disebut sebagai “idle curiosity”, rasa ingin tahu yang “tetap begitu-begitu saja” sepanjang jaman, atau yang di buku lain disebut sebagai “instinct”. Idle curiosity atau instinct pada makhluk hidup selain manusia ini lazimnya hanya berfokus pada satu hal yakni untuk mempertahankan kelestarian hidup. Untuk itu mereka perlu makan, melindungi diri dan berkembang biak.
Rasa ingin tahu pada manusia tidaklah sama dengan idle curiosity. Rasa ingin tahu manusia adalah rasa ingin tahu yang tidak pernah terpuaskan. Jika sebuah masalah telah dapat dipecahkan, maka timbul masalah lain yang menunggu penyelesaian. Rasa ingin tahu inilah yang mendorong manusia untuk selalu mencari tahu jawaban atas berbagai persoalan yang muncul dalam pikirannya.

Itulah sejumlah ciri kharakteristik manusia; ciri kharakteristik yang kemudian menjadikannya sebagai makhluk hidup paling sempurna.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apa sebab manusia memiliki ciri kharakteristik tersebut ?

 Jawabnya hanya satu: manusia memiliki volume dan susunan otak yang demikian sempurna, sehingga otak manusia memiliki kapasitas yang lebih unggul dibandingkan makhluk hidup yang lain. Yakni, kapasitas berupa “akal” atau “akal-budi”, suatu kapasitas yang memberi kemungkinan luar biasa pada manusia untuk bisa “berpikir”.

Itulah alasannya mengapa Aristoteles (384-322 seb. M) mendefinisikan manusia sebagai “the animal that reason”. Manusia adalah hewan yang berakal-sehat, hewan yang berakal-pikiran. Itulah alasannya pula mengapa Hocking (1957) mendefinisikan manusia “as the animal who thinks”. Manusia adalah hewan yang berpikir. Berpikir itulah yang mencirikan hakekat manusia dan karena berpikirlah dia menjadi manusia.  Manusia adalah Homo sapiens (Jujun S. . Suriasumantri, 1989).

            Lantas, apa hubungan manusia sebagai homo sapiens dengan asal-usul pengetahuan ?

Berpikir pada dasarnya adalah bertanya, atau mempertanyakan sesuatu. Untuk apa bertanya? Untuk mencari jawaban, ingin tahu (jawaban) sesuatu. Dengan demikian, bertanya tidak lain adalah proses tahu, suatu proses mencari tahu. Berpikir sebagai sebagai proses mencari tahu itulah yang kemudian membuahkan apa yang disebut “pengetahuan” (knowledge).


Apakah yang dimaksud dengan pengetahuan itu ? Pengetahuan pada dasarnya adalah hasil pemahaman manusia terhadap sesuatu yang bersifat umum dan spontan tanpa perlu penyelidikan (Yulia Budiwati, dkk., 2006). Definisi lain menyebutkan, bahwa pengetahuan adalah putusan-putusan yang dibuat manusia terhadap obyek pengalaman, yakni hasil persentuhan indera manusia dengan alam sekitar (Poedjawijatna, 1987).  

1 comment: